Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mendorong upaya pemasaran produksi dengan semangat "AKIK" menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang berlangsung Desember 2015.
"Semangat AKIK itu maksudnya Aktif, Kreatif, Inovatif dan Koordinatif," ujar Kepala Bidang Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur Mas Purnomo Hadi, kepada wartawan di Surabaya, Kamis (2/4).
Ia menjelaskan, Aktif maksudnya bagaimana koperasi menjemput bola sehingga mampu memasarkan produk para anggotanya. Kemudian, Kreatif artinya bagaimana koperasi bisa mendorong anggota untuk lebih giat membaca peluang pasar.
Ia menjelaskan, Aktif maksudnya bagaimana koperasi menjemput bola sehingga mampu memasarkan produk para anggotanya. Kemudian, Kreatif artinya bagaimana koperasi bisa mendorong anggota untuk lebih giat membaca peluang pasar.
"Selanjutnya, Inovatif yang harus dilakukan sehingga produk mereka mampu bersaing dengan gempuran produk UMKM dari negara ASEAN," tukasnya.
Sedangkan, lanjut dia, Koordinatif maksudnya harus aktif berkoordinasi dengan pemerintah sehingga bisa selalu terpantau dan mendapatkan membekalan. Selain itu, menghadapi MEA yang dimulai akhir tahun ini, pihaknya juga melakukan standarisasi produk dengan menggandeng lima pakar dari perguruan tinggi dan pelaku usaha.
Menurut dia, dengan standarisasi ini produk dari anggota Koperasi bisa terstandar dengan baik sehingga dengan mudah bisa bersaing dengan produk dari negara lain. "Dinas Koperasi sekarang juga telah mendirikan koperasi khusus pedagang retail, yakni bergerak untuk memesan mesin-mesin
packaging modern. Nantinya, satu mesin untuk melayani banyak UMKM sehingga tidak terbebani dan produknya bisa lebih murah dengan kemasan bagus," tuturnya seperti dikutip Antara.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur Mudjib Affan mengaku optimistis mayoritas koperasi yang ada mampu menopang dalam era MEA nantinya. "Dari 30.866 koperasi, saat ini hanya 3.000 atau hanya 24,6 persen saja yang mati suri. Jadi, 27 ribu lebih atau sekitar 75 persen koperasi di Jatim sudah siap menopang MEA," ucapnya.
Pemprov Jatim, kata dia, terus berusaha memajukan dan menambah jumlah koperasi, yang sejak 2009-2011 telah membantu pendirian 8.506 koperasi wanita di seluruh desa dan kelurahan. "Tiap desa saat itu diberikan bantuan Rp25 juta. Bahkan, sekarang ada di antara koperasi ini yang sudah memiliki aset lebih dari Rp1 miliar," katanya.
Sedangkan, lanjut dia, Koordinatif maksudnya harus aktif berkoordinasi dengan pemerintah sehingga bisa selalu terpantau dan mendapatkan membekalan. Selain itu, menghadapi MEA yang dimulai akhir tahun ini, pihaknya juga melakukan standarisasi produk dengan menggandeng lima pakar dari perguruan tinggi dan pelaku usaha.
Menurut dia, dengan standarisasi ini produk dari anggota Koperasi bisa terstandar dengan baik sehingga dengan mudah bisa bersaing dengan produk dari negara lain. "Dinas Koperasi sekarang juga telah mendirikan koperasi khusus pedagang retail, yakni bergerak untuk memesan mesin-mesin
packaging modern. Nantinya, satu mesin untuk melayani banyak UMKM sehingga tidak terbebani dan produknya bisa lebih murah dengan kemasan bagus," tuturnya seperti dikutip Antara.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur Mudjib Affan mengaku optimistis mayoritas koperasi yang ada mampu menopang dalam era MEA nantinya. "Dari 30.866 koperasi, saat ini hanya 3.000 atau hanya 24,6 persen saja yang mati suri. Jadi, 27 ribu lebih atau sekitar 75 persen koperasi di Jatim sudah siap menopang MEA," ucapnya.
Pemprov Jatim, kata dia, terus berusaha memajukan dan menambah jumlah koperasi, yang sejak 2009-2011 telah membantu pendirian 8.506 koperasi wanita di seluruh desa dan kelurahan. "Tiap desa saat itu diberikan bantuan Rp25 juta. Bahkan, sekarang ada di antara koperasi ini yang sudah memiliki aset lebih dari Rp1 miliar," katanya.