Minggu, 19 April 2015

TANTANGAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI MEA


Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia menilai tantangan sektor pertanian cukup berat menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean yang akan mulai diberlakukan pada akhir Desember 2015.
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) Bayu Krisnamurti mengatakan, penetapan Asean Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan membawa banyak konsekuensi pada pembangunan ekonomi nasional, termasuk pembangunan pertanian.
 
Secara umum daya saing produk pertanian Indonesia masih cukup beragam. Untuk produk perkebunan secara relatif kondisinya lebih baik.
Demikian juga untuk beberapa produk pangan, untuk padi misalnya rerata produktivitas Indonesia hanya sedikit di bawah Vietnam dan jauh lebih tinggi dari negara Asean lainnya.

 “Persoalannya, begitu banyak produk petani keluar dari lahannya, petani menghadapi berbagai tantangan. Di antaranya kualitas infrastruktur yang buruk, regulasi yang tidak sepenuhnya mendukung upaya mereka mendapatkan harga jual yang baik dan  peluang untuk meningkatkan nilai tambah produk,” bebernya.

 Semua itu, lanjutnya, membuat daya saing produk petani Indonesia menjadi rendah dan kalah dibandingkan negara-negara Asean lainnya.

Dalam menghadapi MEA, pemerintah pusat harus memberikan dukungan yang lebih besar untuk sektor pertanian. Regulasi dan kebijakan harus benar-benar berpihak pada lingkup pertanian.

 
Rekomendasi untuk memajukan sektor pertanian sangat dibutuhkan, utamanya dalam menghadapi MEA. 

KERAJINAN GAMELAN "MUSTIKA LARAS"